Rabu, 12 April 2017

Parafilia beserta Terapinya

Nama        : Rachma Sisca Wardani
Kelas        : 3PA11
NPM         : 18514676


PARAFILIA
Parafilia berasal dari kata “para” yang berarti penyimpangan pada apa yang membuat orang tertarik (“philia”). Mengacu pada sekelompok gangguan yang melibatkan ketertarikan seksual terhadap obyek yang tidak biasa atau aktivitas seksual yang tidak biasa (Davison & Neale, 2001). Seseorang mungkin menampilkan satu atau lebih parafilia, dan pola ini mungkin merupakan aspek dari gangguan mental lain seperti skizofrenia, depresi, atau salah satu gangguan kepribadian.
Istilah gangguan parafilia terdiri dari dua kata, yakni para = ketertarikan yang abnormal dan filia = rasa takut yang tidak semestinya. Jadi parafilia adalah bentuk penyimpangan seksual yang ditandai dengan ketergantungan seksual kepada objek-obejek seksual yang tidak semestinya.
Adapun ciri-ciri gangguan parafilia adalah diferensiasi yang sudah ada, adanya unsur sama-sama suka sehingga memperoleh keterampilan objek seks menurut stimulus yang diterima dari orang dewasa pada masa kanak-kanak dan fantasi seks masa kanak-kanak yang salah dan diperkuat dengan kegiatan masturbasi dan dorongan seks ekstrem kuat yang dikombinasikan dengan cara berfikir yang abnormal. 
Pada umumnya diasumsikan bahwa parafilia itu lebih banyak ditemukan pada para pria, kecuali masokhisme seksual lebih banyak ditemukan pada para wanita (American Psychiatric Association, 1987:281).tetapi, mengingat sifat dari gangguan-gangguan itu sangat privat dan larangan-larangan masyarakat untuk melaporkannya, maka kita tidak mungkin menarik kesimpulan yang pasti mengenai jumlah orang-orang yang mengalami gangguan-gangguan tersebut.

v Bentuk-bentuk parafilia
1.     Fetisisme
2.    Voyeurisme (Mengintip)
3.    Ekshibisionisme
4.    Sadisme Seksual
5.    Masochism Sexual
6.    Incest
7.    Transvestic Fetishism
8.    Pedofilia
9.    Frettorism
10. Nekrofilia
11.  Zoofilia

v Etiologi  (disarikan dari Davison & Neale, 2001)

a)    Sudut pandan psikodinamik
Parafilia dipandang sebagai reaksi defensif, melindungi ego dari ketakutan dan ingatan yang direpres, dan merepresentasikan fiksasi pada tahapan pragenital dalam perkembangan psikoseksual. Orang yang mengidap parafilia dipandang sebagai seseorang yang takut pada hubungan heteroseksual yang konvensional, bahkan untuk hubungan yang tidak berkaitan dengan seks. Perkembangan sosial dan seksualnya tidak matang, dan tidak  kuat untuk menjalani hubungan sosial maupun seksual dalam dunia orang dewasa.

b)   Sudut pandang Cognitive- Behavioral
Beberapa ahli berpandangan bahwa parafilia berasal dari kondisioning klasik yang kebetulan berhubungan dengan rangsangan seksual dengan kelompok stimulusyang secara budaya dianggap tidak sesuai untuk menimbulkan rangsangan seksual (Kinsey, Pomeroy, & Martin, 1948).
Namun pandangan cognitive-behavioral tentang parafilia saat ini multidimensional, dan menyatakan bahwa parafilia adalah hasil dari berbagai faktor yang berpengaruh pada individu. Sejarah masa kanak-kanak dari orang yang mengidap parafilia menunjukkan seringkali mereka merupakan korban penyiksaan fisik dan seksual dan tumbuh dalam keluarga. Pengalaman ini dapat berkonstribusi terhadap rendahnya tingkat keterampilan sosial, rendahnya kepercayaan diri, kesepian , dan tidak adanya hubungan yang intim.
Distorsi kognitif juga dianggap berperan dalam pembentukan parafilia. Sedangkan dari perspektif kondisioning klasikal, parafilia merupakan hasil dari pembelajaran keterampilan sosial yang tidak adekuat atau penguatan yang tidak konvesional dari orang tua.

v Penangan (disarikan dari Davison & Neale, 2001)

1.     Pendekatan Psikoanalitik sedikit sekali terapi psikoanalisa yang efektif untuk menangani parafilia
2.    Pendekatan Behavioral salah satu cara yang dilakukan adalah melalui reorientasi orgasmik, yaitu pasien belajar untuk lebih terangsang pada stimulus seksual yang konvensional, dengan berhadapan dengan stimulus tersebut.
3.    Pendekatan Kognitif terapi aversi ini digunakan untuk meng-counter kesalahan berpikir dari individu dengan parafilia. Teknik lain adalah dengan mengajarkan empati terhadap orang lain, bahwa perilaku mereka mepengaruhi orang lain.
4.    Pendekatan Biologis beberapa intervensi biologis dilakukan sejak masa lalu, antara lain adalah kastrasi atau pengangkatan testis. Sedangkan saat ini, penanganan bilogis untuk parafilia adalah dengan menggunakan obat. Yaitu dengan menggunakan jenis MPA yang  menurunkan tingkat testosterone pada pria, sehingga diharapkan akan dapat menurunkan rangsangan seksual dan perilaku yang tidak dikehendaki juga tidak akan dilakukan lagi.



v Penanganan Psikologis:

1.     Cara Covert Desensitization
Yaitu dengan cara me-review mental dan perilaku secara berulang-ulang dengan konsekuensi aversif dalam membangun asosiasi negative dengan penilaian perilaku menyimpang tersebut. Disini dilakukan intervensi kognitif-behavioral untuk mengurangi perilaku yang tak dikehendaki dengan cara klien membayangkan konsekuensi-konsekuensi yang sangat aversif dari perilakunya dan membangun asosiasi negative jika ingin memperoleh reward atau ketika dia mampu mengalahkan asosiasi positifnya.

2.    Cara Orgasmic Reconditioning
Yaitu dengan cara memasangkan stimulus-stimulus yang pantas dan menciptakan pola rangasangan  seksual yang postif. Prosedurnya menekankan konsep belajar, yakni membantu klien untuk memperkuat pola-pola rangsangan seksual yang semestinya dengan cara memasangkan stimuli-stimuli yang tepat dansesuai dengan sensasi seksual yang menyenangkan.

3.    Relapse Preventation (pencegahan kekambuhan gangguan)
Adalah suatu metode yang digunakan sebagai adiksi dan pencegahan gangguan parafilia. Metode ini melakukan preparasi terapi (memperpanjang proses terapeutik) guna mengatasi gangguan seks dalam berbagai situasi sulit dimasa yang akan datang. Penderita diajari untuk mengenal tanda-tanda awal godaan gangguan seksual dengan melatih berbagai pengendalian diri sebelum hasrat seksual menyimpang menjadi kuat. Klien diajari untuk bisa mengatasi,  mengendalikan,  dan menyelesaikan masalah kelainan seks. Tingkat keberhasilan prosedur relapse preventation relative tinggi jumlah orang yang berhasil ditangani dengan metode ini sangat bervariasi.

Maletzky (dalam Mark Durrand dan David Barlow, 2006) mendefinisikan bahwa keberhasilan terapi gangguan parafilic sangat tergantung pada :
·         Kemauan dan kemampuan dalam menyelesaikan setiap sesi penanganannya
·         Memperlihatkan ada tidaknya suatu rangsangan seksual yang menyimpang pada tes fisiologis objektif dalam setiap sesites.
·         Melaporkan tidak adanya rangsangan atau perilaku seksual yang menyimpang setelah penanganan berakhir.
·         Tidak memiliki catatan hokum atas tuduhan aktivitas seks yang menyimpang.

v Penanganan Medis
Yaitu memberikan obat-obatan, seperti:

1.     Anti androgen (cypterone acetate) yaitu jenis obat psikiatrik yang berfungsi mengeliminasi nafsu dan fantasi seksual atau dengan cara menguarangi tingkat testosterone secara dramatis. Biasanya fantasi dan rangsangan seksual dari penderita akan muncul kembali jika pemberian obat anti androgen dihentikan.

2.    Medroxy Progesterone yaitu jenis obat yang berfungsi  untuk menghilangkan hormon progesterone dengan cara memberikan suntikan obat tertentu kepada penderita gangguan parafilia, terutama jika penderitanya melakukan penyerangan seksual.

3.    Triptorelin yaitu jenis obat yang menghambat sekresi gonad tropin pada laki-laki dan dianggap lebih efektif dan sedikit efek samping.

                        







REFERENSI
Fausiah, F. & Widury, J. 2005.Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Universitas       Indonesia (UI-Press).
Pieter, H.Z., dkk. 2011. Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Canisius.


# SIP CBIS dan DATA

A.   CBIS dan DATA 1.    DEFISINI CBIS ( COMPUTER BASED INFORMATION SYSTEM ) Ø   Definisi CBIS menurut para ahli adalah sebagai ber...